Tuesday, October 17, 2017

SEBERAPA GALAK ISTRIMU ?

Foto Erika Halim.


“Istriku galak, Ustadz!” Tutur seorang bapak dengan kesal, raut mukanya tak menyenangkan sama sekali.

“Seberapa galak istrimu, Pak?” Tanya Sang Ustadz santai berbalut senyum.

Sebetulnya tak ada istri yang galak, yang ada hanyalah istri yang stress dan berwatak keras. Tapi sekeras-kerasnya watak seorang istri, ia tetaplah wanita (feminim). Jiwanya tetap berhias kelembutan, dan penuh perasaan kasih sayang.

Tak sedikit saya menyaksikan wanita berwatak keras, tapi anaknya tetap banyak. (Waduh, keceplosan. Hehehe!). Pasangannya setia, dan rumah tangganya awet hingga diakhiri oleh kematian.

Watak keras itu produk ayah ibunya, dan lingkungan dimana ia bertumbuh. Ibarat gabah yang tumbuh di sawah yang kering. Berasnya tetap enak dimakan, asal dimasak dengan cara yang benar. Hasilnya tetap memuaskan. Begitupula dengan seorang istri. Baik dan buruknya seorang istri sangat ditentukan oleh suaminya. Tangan yang cemerlang, menghasilkan karya gemilang. Bermodal kesabaran dan kasih sayang, sekeras apapun watak istri, seorang suami tetap bisa membentuknya menjadi wanita shalihah.

Memang tak mudah, butuh keringat berkuah-kuah, lelah, asal lillah insyaAllah bernilai ibadah. Sabar dan bersungguh-sungguh, itu kata kuncinya. Tapi, kalau saya pribadi lebih cenderung mencari yang siap pakai, nggak mau repot, banyak yang perlu diurus. Sekiranya urusan keluarga saja belum beres, terus kapan bisa berkontribusi untuk umat?

Bila watak yang keras adalah produk orangtua dan lingkungan, maka istri yang stress adalah produk suaminya. Kebagusan agama, jiwa kepemimpinan, dan tanggungjawab seorang suami dipertaruhkan di sini.

Kenapa istri bisa stress?

Si istri menjawab, “Kerjaan rumah menumpuk, anak rewel, suami jutek, capek, sumpek, kasur bau ketek, pengen pempek, dan bla bla...”

Istri stress, bisa jadi ia kurang piknik, maka ajaklah ia jalan-jalan. Cari tempat yang bisa terjangkau dengan ketebalan dompet. Lakukanlah minimal sekali dalam seminggu. Semisal ke pantai, sawah, gunung, naik sampan menyusuri sungai, kebun kopi, dan lainnya. Anak titipkan ke mertua, bawa camilan yang banyak, dan pacaranlah berdua saja.

Istri stress, bisa jadi kebutuhan dapur menipis, maka ajaklah ia shoping. InsyaAllah stressnya akan hilang seketika. Atur budgetnya biar nggak kolaps. Catat apa-apa yang hendak dibeli. Setelah itu makanlah berdua di rumah makan yang disukai. Bagaimana dengan anak-anak? Bawa. Atau titipkan lagi saja ke mertua, agar privasi kalian tidak terganggu.

Istri stress, bisa jadi karena kurang dipuji, jarang digombal, maka mulai saat ini rajin-rajinlah memuji dan menggombal. Pujilah masakannya walau terasa keasinan, hambar nggak karuan, atau rasa permen nano-nano. Pujilah kecantikannya walau onderdilnya sudah goyang sana-sini. Panggillah ia dengan sebutan sayang, cinta, bidadariku, atau apa saja yang terdengar indah dan disukainya.

Istri stress, bisa jadi karena kurang ngaji. Ruhiyahnya kosong melompong, sekarat berkarat, dan kerempeng melempeng. Ajak ia mengukiti kajian, perbaiki bacaan Qur’annya, simak hafalannya, kawal shalat fardhunya, dan sesekali bangunlah kalian disepertiga malam. Tahajjudlah berdua, semoga cinta kalian dalam mahabbahNya.

Jikalau semua itu sudah dilakukan, tapi tetap saja sering marah-marah, lalu bagaimana? Mari kita simak kisah Khalifah Umar Ibnu Khattab ra berikut ini.

Suatu waktu, seorang lelaki tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar Ibnu Khattab dengan maksud hendak mengadukan perilaku istrinya yang suka marah-marah. Begitu tiba di kediaman Khalifah Umar, lelaki itu tanpa sengaja mendengar suara istri Umar bin Khaththab sedang meleja khalifah kedua itu. Lelaki itu semakin bingung, karena Khalifah Umar sama sekali tidak membela diri.Menyaksikan hal tersebut, lelaki itu pun balik kanan dan melangkahkan kaki untuk pulang sembari bergumam, “Kalau Khalifah saja dimarahi oleh istrinya dan tidak bereaksi apa-apa, untuk apa saya mengadu kepada beliau?” Sembari terus melangkahkan kakinya.Tak disangka, ternyata Khalifah Umar menyadari kehadiran sang tamu. Beliau pun segera membuka pintu dan tatkala melihat sang tamu telah beranjak, buru-buru beliau memanggil, ”Apa keperluanmu?”Lelaki itu pun berbalik dan segera menghadap Khalifah Umar. ”Wahai Amirul Mu’minin, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri tuan.”

”Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya, karena itu memang kewajibanku. Istrikulah yang memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, ” jawab Umar.

”Di samping itu,” sambung Umar, ”Hatiku merasa tenang (untuk tidak melakukan perbuatan haram—sebab jasa istriku). Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatan istriku.”

”Wahai Amirul Mu’minin, istriku juga demikian,” ujar orang laki-laki itu.
”Oleh karena itu, sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar!”

Kisah di atas mengajarkan kepada suami, lagi-lagi bagaimana sikap terbaik seorang suami dalam menghadapi ketidaksempurnaan istrinya. Suami perlu menyadari bahwa istrinya bukan bidadari yang hanya mengenal kelembutan dan kepatuhan total. Istrinya hanyalah manusia biasa. Sebab ia manusia biasa, masih bernaung padanya banyak kelemahan. Di antara kelemahannya itu adalah emosi yang tak terkendali. Alias galak. Maka sikap terbaik seorang suami adalah sabar. Bersabarlah, sebagaimana halnya Khalifah Umar yang bersabar atas istrinya. Beralasanlah yang baik, sebagaimana baiknya Khalifah Umar menarasikan kelemahan istrinya.

Namun kisah ini banyak disalah tafsirkan oleh kebanyakan wanita. Tak sedikit para istri menjadikan kisah ini sebagai hujjah (pembelaan) atas dibolehkannya marah-marah kepada suami. Bersuara keras kepada suami. Membentak suami. Berlaku kasar kepada suami. Menumpahkan emosi kepada suami, atau apalah namanya. Ini kesalahan fatal. Sekali lagi saya ingatkan kepada kalian wahai para istri, bahwa ini adalah kekeliruan besar yang amat bahaya bagi kalian. Haram hukumnya. Ketidakrelaan suamimu atas hal ini menjadi asbab ketidakrelaan Allah SWT kepada kalian.

Dalam hal ini Rasulullah telah mengingatkan, “Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum sempurna menunaikan hak suaminya.” (HR. Ahmad 3/159 dari Anas bin Malik, dishahihkan Al-Haitsami 4/9, Al-Mundziri 3/55, dan Abu Nu’aim dalam Ad-Dala’il, 137. Lihat catatan kaki Musnad Al-Imam Ahmad 10/513, Darul Hadits, Al-Qahirah).

Parahnya lagi. Istri yang galak, alias nusyuz (durhaka kepada suami) tidak diterima shalatnya, sampai suaminya meridhainya.

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Ada dua golongan yang shalat mereka tidak melewati kepala-kepala mereka (tidak diterima), yaitu budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali kepada tuannya dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali taat.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/191, Ath-Thabarani dalam Al-Ausath no. 3628 dan Ash-Shaghir no. 478, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 136 dan Ash-Shahihah no. 288 )

Dan di akhir hayatnya, ia belum juga mendapatkan keridhaan sang suami, maka surga diharamkan baginya.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau “Mengapa demikian, ya Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab, “Dikarenakan wanita banyak yang durhaka kepada suaminya.” (HR Bukhari Muslim)

Lalu, bagaimana semestinya seorang istri dalam perspektif islam?

Rasulullah Saw bersabda, “Dan sebaik-baik istri yaitu yang taat pada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tidak suka membicarakan suatu hal yg tidak berguna, tidak cerewet serta tidak suka bersuara keras, dan setia pada suaminya.” (HR. An Nasa’i)

Sementara itu, selain sabar dan kasih sayang, Al Qur’an menuntun para suami dalam menghadapi istri yang nusyuz sebagai berikut, “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. An Nisa’: 34).



Wallahu alam bisshowab!
(Ditulis oleh Ust Baba Ali, Pengasuh SAMARA CENTER)

KETIKA HARTA BUKANLAH SEGALANYA

Foto Dian Irawati.

Foto ini diambil dirumah sakit Harbin (Tiongkok), seorang pasien kanker membawa tas penuh uang meminta dokter menyelamatkan hidupnya, tak peduli seberapa mahal uang yang perlu dibayarkan, karena dia punya banyak uang untuk membayarnya ...

Tapi dokter bilang dia tak bisa melakukan apapun karena kankernya sudah masuk stadium akhir.

Dia (pasien) begitu marah dan frustasi sehingga ia berteriak dan melemparkan uang yang ia bawa ke seluruh koridor rumah sakit : " Apa gunanya memiliki uang ....!!! " apa gunanya memiliki uang !!!!.

Uang tidak dapat memiliki kesehatan , uang tidak dapat membeli waktu , uang tidak dapat membeli kehidupan..

Sungguh pelajaran bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan, beramal kebaikan demi bekal menuju akhirat dan berdoa, supaya umur kita bermanfaat meskipun pendek ataupun panjang.




Saturday, October 7, 2017

Karena Agama Bukan Warisan Orang Tua

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
                            “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Foto Hanny Kristianto.

Karena Agama bukan Warisan


Kisah Nyata dari Ketapang, Kalimantan Barat

Kemarin siang telah bersyahadat seorang Anak bernama Yogi Setiady, usianya baru 8 tahun, duduk di kelas 2 SDN 18 Sukabangun, Ketapang.

Yogi diantar sendiri oleh Eriyanti (44) ibu kandungnya yang masih beragama kristen ke KUA Delta Pawan dengan maksud mengantar anaknya bersyahadat, syahadat dibimbing ketua KUA Kecamatan Delta Pawan, M Syafi’ie dan disaksikan Eka Candra Sari guru sekolahnya.

Ayah dan Ibunya telah mengikhlaskan anak tsb utk memeluk Islam, karena setiap saat terus-menerus "memaksa" Ayah dan Ibunya agar dia diijinkan masuk Islam.

Yogi rajin ke surau setiap Shalat lima waktu, belajar mengaji dan Sholat.

Ketika di tes soal ngajinya, Yogi sudah hafal surah Al Fatihah, Al Ikhlas, An Nas, Al Falaq, Ayat Kursi, do'a untuk orang tua, do'a makan, dan lain sebagainya.

Ditanya cita-citanya, dengan tegas Yogi menjawab ingin menjadi Ustadz.

Pembacaan dua kalimat syahadat yg disaksikan oleh guru sekolahnya berlangsung sempurna karena Yogi memang sudah hafal syahadat bahkan tahu dengan artinya.

Ibu Yogi menceritakan kisah Yogi:

Sejak kecil ketika baru pandai berbicara Yogi memang suka pada hal-hal terkait Islam. Misalnya ketika melihat Masjid menurutnya Yogi pasti senang dan selalu menyebut ada alaaba. “Maksudnya itu Allahu Akbar,” tuturnya.

Sedangkan ketika diajak ke gereja Yogi selalu menolak, menangis dan ngajak keluar mau pulang.

Kemudian ketika dibawanya pulang ke kampung halamannya di hulu yang banyak anjing dan babi Yogi juga tidak suka dan takut tersentuh anjing atau babi.

Bahkan ketika mereka makan daging babi tapi Yogi sejak kecil pun tidak pernah mau makan babi. Namun ketika ada tetangganya di Ketapang ada acara seperti selamatan. Maka Yogi selalu mengajaknya untuk pergi ke acara tersebut.

“Katanya ayo ma kita pergi ke tempat orang amin-amin. Saya tanya di mana, katanya itu menunjukkan tempatnya, ternyata tempat orang Muslim selamatan gitu,” kenangnya.

Kemudian ketika awal Yogi masuk sekolah menurutnya Yogi beberapa kali diberi tahu gurunya agar ke luar kelas. Lantaran Yogi ketika itu bukan beragama Islam. “Tapi Yogi itu tak mau keluar malah mau belajar Agama Islam,”

Yogi juga sering meminta izin kepadanya untuk ikut teman-temannya mengaji dan solat.

Lantaran merasa berbeda keyakinan ia awalnya melarang Yogi.

“Saya bilang tak boleh, kita kan beda, tak sama, saya bilang gitu,” ungkapnya.“

Tapi Yogi bilang mau ikut Islam saja. Di rumah ini kan ada handuk sering dibuatnya alas untuk sajadah, dia belajar sembahyang sendiri. Bahkan dia selalu mengajak teman-temannya seperti solat di rumah ini dan dia imamnya,” tuturnya, kejadian itu pernah juga direkam abang Yogi.

Kemudian ketika masih kelas satu SD Yogi juga selalu menghilang dari rumahnya, sore menjelang Magrib dan siang Jumat.

“Pas Jumat tak sengaja melihat seperti Yogi pakai kopiah dan baju koko,” jelasnya.

“Ternyata benar dan ketika pulang saya tanya dari mana, katanya dari masjid. Rupanya dia minjam baju kawannya untuk Solat Jumat. Saya bilang benar-benar Yogi, nanti kamu masuk Islam, dijawabnya dia memang mau masuk Islam,” lanjutnya.

Di sekolah pun tak mau belajar agama kami, dia hanya mau belajar pas pelajaran agama Islam,” tambahnya.

Kemudian pernah juga tetangganya mengatakan kalau Yogi menghilang sore maka degar saja di Surau. Jika ada suara orang ngaji dan salawat itu adalah Yogi.

Ia menambahkan hingga belum lama ini Yogi memaksa minta disunat dan disahkan untuk memeluk agama Islam.

“Jadi kita orangtua mengikhlaskannya. Hanya saya berharap setelah anak saya masuk Islam begini,” tegasnya.

“Maka ia harus dibimbing dengan sebenar-benarnya untuk memperlajari agama Islam. Jangan nanti malam dilepas dan dibiarkan begitu saja,” harapnya mendampingi Yogi.

Yogi menegaskan masuk Islam karena memang keinginan sendiri.

Bahkan sebelumnya ia sering belajar tentang Islam secara sendiri. Ia menegaskan masuk Islam karena ingin masuk surga nantinya.

Di hadapan awak media ketika ia diminta melantunkan ayat Alquran dan doa dalam Islam.

Ia pun langsung melakukannya tanpa teks.

Ternyata ia sudah cukup banyak hafal ayat Alquran dan doa dalam Islam.

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur’ân) dari Rabbmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa sesat maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (QS. Yunus 108)



لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukan kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetepi Allah-lah yang mrmberi petunjuk(memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-nya. (QS. Al Baqarah 272)

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki. (QS. Al Qashash 56)


وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, “Apakah kamu mau masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allâh maha melihat akan hamba-hambanya.” (QS. Ali Imran 20)


فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ
Barangsiapa Allâh kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki kesesatannya, niscaya Allâh menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. (QS. Al An’aam 125)

Semoga Allah merahmati dan terus memberikan hidayah kepada anak ini..

Kembali Allah buktikan kejayaan dan kemenangan Islam adalah hal yang pasti karena janji Allah Azza wa Jalla:


ليبلغن هذا الأمر ما بلغ اليل و النهار ولا يترك الله بيت مدر ولا وبر إلا أدخله الله هذا الدين بعز عزيز أو بذل ذليل عز يعز الله به الإسلام وذل يذل الله به الكفر

Islam pasti akan mencapai wilayah yang diliputi siang dan malam. Allah tidak akan membiarkan rumah yang megah maupun yang sederhana, melainkan akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan memuliakan orang-orang yang mulia dan menginakan orang-orang yang hina. Mulia karena Allah memuliakannya dengan Islam. Hina karena Allah menghinakannya akibat kekafirannya. (HR. Ahmad)

Mari kita memohon kepada Allah adalah agar kita semua tidak mati kecuali dalam keadaan muslim.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS.Ali Imran 83)


تَوَفَّنِي مُسْلِماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh. (QS.Yusuf 101)


إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah Yang telah menurunkan Al Quran. (QS. Al. A'raf 196)

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
الله أكبر‎ الله أكبر‎ الله أكبر