Apa sebenarnya arti cinta ?
Apakah ia merupakan suatu hal yang bisa dilihat, dirasakan dan disentuh ?
Menurut Wikipedia Cinta adalah sebuah perasaan emosi dari kasih sayang yang sangat kuat dan ketertarikan pribadi. Sedangkan dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Sedangkan menurut pendapat lainnya, cinta ialah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Bila diibaratkan sesuatu Cinta itu bagaikan secangkir kopi tanpa gula. Apabila ia tidak diberi sentuhan gula maka pahitlah rasanya. Namun sebaliknya apabila ia diberikan sentuhan gula maka manislah rasanya.
Allah subhanahu wata’ala telah menerangkan kepada kita tentang apa-apa yang di inginkan manusia dalam hal cinta. Dan ini sudah Allah tuangkan dalam kitab-Nya pada surah Ali Imran ayat ke-14 yang berbunyi:
Cinta terdiri atas lima huruf yakni C I N T A. Dan saya yakin semua orang tentu pernah merasakan cinta. Namun juga banyak dari kita yang sulit untuk mendefinisikan makna cinta.
Bahkan sebagian dari kita pun juga memiliki pengertian tersendiri tentang definisi cinta. Apabila panah cinta sudah ditembakkan dan kemudian tertancap di tempat yang salah maka bisa jadi jeratan hukum syariat akan membelenggu kehidupannya.
Seperti halnya apa yang diungkapkan oleh para pezina, “Kami melakukan ini atas dasar cinta dan suka sama suka”.
Begitu juga halnya dengan kecintaan yang berlebih seorang bapak/ibu terhadap anaknya. Sehingga menjadikan anaknya terus dalam bergelimang dosa. Dengan alasan cinta tidak sedikit pula dari pasangan suami istri yang mana seorang suami rela melepas istrinya hidup dalam kemaksiatan tanpa rasa cemburu sedikitpun dalam hatinya.
Kondisi seperti inilah yang nantinya akan digunakan setan untuk terus berupaya menyesatkan manusia dengan landasan atas nama cinta. Setan akan terus menabuh genderang dan mengibarkan benderanya untuk menyesatkan manusia. Sehingga manusia akan hanyut dalam kesesatan tersebut dan menjadikan hal tersebut sebagai hal yang lumrah atau biasa saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewanti-wanti kita agar tidak semata-mata cinta terhadap hak duaniwi saja sehingga kita takut akan datangnya kematian.
Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala
Pengertian cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan terlebih lagi untuk diungkapkan. Sebab cinta sulit dijangkau dengan kalimat dan terlihat kabur saat diraba dengan kata-kata.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata dalam kitabnya Madarijus Salikin, pengertian cinta tidak bisa didefiniskan dengan jelas dan juga tidak bisa menghasilkan sesuatu.
Semakin diperjelas maka akan semakin kabur dan tidak jelas. Jadi makna cinta adalah cinta itu sendiri.
Apabila cinta yang telah kita tuliskan dalam hati dan pikiran dan itu sesuai dengan apa yang diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala , maka ketahuilah bahwa hal tersebut juga termasuk dalam ibadah.
Tapi sebaliknya, apabila tidak sesuai dengan ridha-Nya, cinta itu akan menjerumuskan kita dalam lembah kemaksiatan.
Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala
Inilah arti cinta sesungguhnya. Cinta adalah suatu ibadah. Yakni ibadah hati yang apabila kita melakukannya akan menambahkan ketentraman dan kenyaman serta kemesraan kita kepada Rabbul ‘alamin.
Namun apabila cinta salah dalam penempatannya maka ia akan menjerumuskan kita dalam hal yang dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala yaitu kesyirikan.
Sebab kita jadikan cinta itu sebagai suatu yang diagungkan secara berlebih. Sehingga lupa ada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita mendahulukan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dalam segala hal.
Cinta kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu ditunjukkan dengan perbuatan dan amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surah Ali Imran ayat 31 yang berbunyi:
Tentu dalam mencintai Allah subhanahu wata’ala maka kita ikuti dan laksanakan syari’at yang dibawakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah bukti konsekuensi cinta kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Sebagaimana yang telah kami jelaskan diatas bahwasanya cinta yang dibangun karena Allah subhanahu wata’ala maka akan menghasilkan suatu kebaikan yang sangat berharga.
Apabila kita mendasarkan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala,niscaya hati akan menjadi tentram. Inilah yang dinamakan manisnya iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat nabi yaitu Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu yang berbunyi:
"Tiga hal yang apabila terdapat pada diri seorang muslim, maka ia sesugguhnya merasakan dan mendapatkan manisnya iman yakni: Hendaklah dia dahulukan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain. Hendaklah dia mencintai seseorang itu karena Allah dan hendaklah dia benci kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekukufuran dan sebagaimana ia juga benci jika dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)."
Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala
Kedahsyatan cinta kepada Allah akan berdampak pada ketengan jiwa dan hati. Sebab tiada sesuatu hal yang perlu dikhawatirkan oleh-Nya, karena Allah mengawasi-Nya.
Dahsyatnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya akan berdampak pada dirinya kelak di hari kiamat. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya:
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan “Saat saya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari suatu masjid, kemudian kami berdua bertemu dengan seorang lelaki di depan pintu masjid.
Lantas lelaki tersebut bertanya, “Ya Rasulullah, kapan hari berbangki tiba?”, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam balik bertanya, “Apa persiapanmu menghadapi hari berbangkit?”,
Sontak lelaki tadi pun bersedih dan berkata, “Wahai, Utusan Allah, saya tidak punya persiapan yang baik berupa shalat, puasa dan sedekah melainkan saya mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Mendengar hal ini Rasul pun menjawab, “Engkau akan dikumpulkan bersama dengan orang yang engkau cintai,” (HR. Bukhari dan Muslim, Shahih).
Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala
Bergembiralah bahwa Allah telah mengabarkan kepada kita apabila kita mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan tulus, maka kita akan ditempatkan pada derajat yang tinggi disisi Allah subhanahu wata’ala.
Cinta sejati nan abadi adalah cinta yang dibangun atas dasar taqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.
Apakah cinta itu berkaitan dengan ibadah atau cinta atas dasar tabiat. Sebagaimana cinta kepada lawan jenis, anak dengan orangtua atau sebaliknya.
Apabila cinta tidak dilandasi ketaqwaan maka berujung kepada penyesalan dan kepiluan. Maka sudah sepantasnya lah kita sebagai hamba untuk menjaga dan memperhatikan apa yang hendak dia cintai.