Friday, November 3, 2017

Hukum, Bahaya dan Akibat Pacaran Dalam Pandangan Islam

Image result for katakan tidak untuk pacaran

Dewasa ini, bukanlah hal yang baru lagi ketika kita melihat pasangan remaja putera dan puteri dipinggir jalan, di kafe, restoran, jembatan, atau di mana saja. Mereka nampak asyik mengumbar yang katanya disebut sebagai sesuatu yang mesra itu. Menunjukkan betapa bahagianya mereka saling memiliki satu sama lain dibalik sebuah—yang katanya—jalinan hubungan bernama pacaran

Tidak segan oleh mereka berdua-duaan baik di tempat umum bahkan di tempat yang jauh dari keramaian. Padahal, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhrimnya.” (H. R. Muslim)
Oh, salah jika hanya menyebut para remaja saja yang berbuat demikian, karena orang dewasa pun juga banyak  yang melakukannya. Sedihnya, budaya pacaran itu bahkan sudah menancapkan akarnya pada anak-anak belia yang masih duduk dibangku sekolah dasar berseragam merah dan putih. Sungguh miris sekali.
Sebetulnya, budaya pacaran itu adalah budaya asing yang masuk ke Indonesia akibat daripada globalisasi. Karena filter yang kurang, akhirnya banyak yang ikut terjerumus dalam budaya tersebut. Padahal, harusnya diketahui bahwa pacaran tidak lain adalah perbuatan dosa yang ujungnya akan mendekati kepada zina yang merupakan dosa besar.

Hukum Pacaran dalam Islam

Tidak pernah dibenarkan adanya hubungan pacaran di dalam Islam. Justru sebaliknya, Islam melarang adanya pacaran di antara mereka yang mukan muhrim karena dapat menimbulkan berbagai fitnah dan dosa. Dalam Islam, pacaran adalah haram. Oleh sebab itu, Islam mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan dalam dua hal, yakni:
  • Hubungan Mahram
Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan anak perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau sebaliknya. Oleh karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan (dalam artian baik) dengan lawan jenis.
Sebab, dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 23 disebutkan bahwa mahram (yang tidak boleh dinikahi) daripada seorang laki-laki adalah ibu, nenek, saudara perempuan (kandung maupun se-ayah), bibi (dari ibu maupun ayah), keponakan (dari saudara kandung maupun sebapak), anak perempuan (anak kandung maupun tiri), ibu susu, saudara sepersusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Dalam hubungan yang mahram, wanita boleh tidak memakai jilbab tapi bukan mempertontonkan auratnya.
  • Hubungan Non-mahram
Selain daripada mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi perempuan tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berdua-duaan, melihat langsung, atau bersentuhan dengan perempuan yang bukanmahramnya. Untuk perempuan, harus menggunakan jilbab dan menutup seluruh auratnya jika berada di sekitar laki-laki yang bukan mahramnya tersebut.


Bahaya Pacaran dalam Agama Islam


Image result for katakan tidak untuk pacaran

Islam melarang pacaran bukan tanpa sebab. Pacaran itu, selain daripada mendekati zina yang merupakan dosa besar, juga bisa menimbulkan berbagai macam bahaya yang kesemuanya tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain.
1. Mendekati zina
2. Menghilangkan konsentrasi
3. Penyebab banyak kerugian
4. Mengganggu kehidupan bermasyarakat
Terkhusus bagi remaja yang sudah terjerumus dalam budaya pacaran tersebut, berikut adalah bahaya yang semetinya mereka dan orang tua ketahui agar segera bisa meninggalkan perilaku tersebut. Juga bagi remaja yang tidak melakukannya, agar semakin berhati-hati agar tidak terjerumus:
1. Mudah terjerumus ke perzinaan
Seringkali remaja akan menyangkal bahwa mereka tidak akan melakukan hal-hal yang demikian. Mereka akan berpacaran yang sehat, katanya. Padahal, tidak ada berpacaran yang sehat kecuali setelah menikah. Bagaimanapun juga, pacaran adalah perbuatan dosa. Setiap manusia yang berbuat dosa, iblis adalah temannya.
Sehingga kemana pun ia berpijak, akan ada iblis yang senantiasa menemani dan membisikinya rayuan-rayuan kemaksiatan sehingga ia semakin terlena dalam berbuat dosa. Awalnya hanya berpandangan, kemudia berpegangan tangan, mulai berdua-duaan, dan akhirnya melakukan yang tidak sepantasnya untuk dilakukan.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (H. R Bukhari).
2. Melemahkan iman
Image result for pacaran itu dosa
Sudah dari akarnya bahwa pacaran itu dosa. Setiap orang yang berbuat dosa, ada iblis yang menemaninya. Meniupkan berbagai rayuan agar orang itu semakin terjerumus dalam dosa. Iming-imingnya sangat banyak, padahal kesemuanya hanya pemuas nafsu belaka.  Bahkan, yang awalnya tidak tergoda pun bisa saja terjerumus.
Akhirnya, banyak waktu dihabiskan hanya untuk sang Pacar. Cinta setengah mati, katanya. Sampai-sampai cinta pada Sang Pemilik Nyawa pun terabaikan. Setiap hari hanya mengingat wajah kekasih, namun lupa pada Allah SWT. Naudzubillah,  sungguh yang demikian  sudah menjadi orang yang tersesat.
3. Mengajarkan kepada kemunafikkan
Orang yang pacaran itu mengajarkan diri untuk menjadi munafik. Berbohong ini itu hanya demi membuat si pacar senang. Bahkan mengumbar janji-janji yang belum tentu bisa ditepati bahkan tak jarang aslinya hanya bualan semata. Berusaha menunjukkan sisi terbaik padahal dibelakangnya seling mencela.
Sering mengumbar rayuan romantis hanya agar si pacar tidak curiga. Tidak hanya dihadapan sang pacar, tapi juga akan melakukan hal yang sama di hadapan orang tua. Jadilah mereka sebagai pembohong yang luar biasa.
4. Mengurangi produktivitas dan minat belajar
Siapa bilang pacaran bisa meningkatkan semangat belajar? Coba pikirkan kembali ke dasarnya bahwasanya pacaran itu adalah dosa. Selama berpacaran, artinya Anda akan terus memupuk dosa sepanjang waktu. Dari tiap-tiap yang namanya dosa, tidak akan terdapat kebaikan di dalamnya.
Justru sebaliknya, waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk belajar, justru lebih banyak dihabiskan bersama pacar. Uang pemberian orang tua yang semestinya dipakai untuk kepentingan pendidikan, malah dipakai untuk bersenang-senang. Zaman sekarang, dedikasi tinggi kepada pacar nampaknya adalah prioritas utama dibandingkan dengan diri sendiri.
Akhirnya, tak jarang banyak yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas, kebanyakan berhayal, lalu ujung-ujungnya adalah keteteran dan tinggal kelas atau terlambat wisuda.
5. Menjadikan hidup boros
Seringkali memberikan ini itu kepada pacar bahkan lebih sering daripada apa yang dilakukan kepada orang tua sendiri. Padahal, apa yang diperoleh dari semua itu? Apakah dengan membelikan atau mentraktir sesuatu terhadap pacar maka artinya kita berinvestasi di dalam masa depan?
Justru sebaliknya, pacaran hanyalah penyebab kantong kering yang akan membuat kepala pusing hingga nanti ujung-ujungnya merengeklah pada orang tua untuk mendapat tambahan uang belanja sekaligus berpura-pura.
6. Pemicu tindak kriminal
Ini mengerikan. Ketika mendengar berita tentang remaja yang membunuh remaja lainnya hanya karena berebut pacar. Luar biasa. Katakanlah dengan kasar, bahwa mereka lebih rendah daripada hewan sekalipun.
Padahal, manusia memiliki akan, bukan? Apakah dengan menghilangkan nyawa orang lain, maka akan berjodoh dengan pacar yang diperebutkan? Yang ada, Anda akan berjodoh dengan iblis dan bersama-sama menghuni neraka.
Rasulullah SAW dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, beliau memberikan saran seperti berikut;
“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. Dan barang siapa diantara kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu.” (H. R. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Ingat, pacaran itu DOSA!
Image result for pacaran itu dosa

Pacaran Menurut Pandangan Islam

Image result for pandangan islam tentang pacaran


Ngakunya Umat Muslim, Kok Pacaran ?

Pacaran di zaman modern sekarang ini, persoalan satu ini tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kaula muda. Barangkali fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman, novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara, harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk bertukar cerita dan berbagi rasa.

Selama ini tempaknya belum ada pengertian baku tentang pacaran. Namun setidak-tidaknya di dalamnya akan ada suatu bentuk pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa nikah.
Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan).

Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika kebebasan seksual dalam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan hidup.
Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya ketimbang maslahatnya. Suatu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang pacarnya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?

Atas dasar itulah ulama memandang, bahwa pacaran model begini adalah kedhaliman atas amanah orang tua. Secara sosio kultural di kalangan masyarakat agamis, pacaran akan mengundang fitnah, bahkan tergolong naif. Mau tidak mau, orang yang berpacaran sedikit demi sedikit akan terkikis peresapan ke-Islam-an dalam hatinya, bahkan bisa mengakibatkan kehancuran moral dan akhlak. Na’udzubillah min dzalik !

Sudah banyak gambaran kehancuran moral akibat pacaran, atau pergaulan bebas yang telah terjadi akibat science dan peradaban modern (westernisasi). Islam sendiri sebagai penyempurnaan dien-dien tidak kalah canggihnya memberi penjelasan mengenai berpacaran. Pacaran menurut Islam di identikkan pada ta'arufan tpi yang dimaksud bukan pacaran tapi meminang, sebagai mana yang dilontarkan Rasulullah SAW : "Apabila seorang di antara kamu meminang seorang wanita, andaikata dia dapat melihat wanita yang akan dipinangnya, maka lihatlah." (HR Ahmad dan Abu Daud).

Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi (berkhulwah) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."

Tapi mungkin juga ada di antara mereka yang mencoba "berdalil" dengan mengemukakan argumen berdasar kepada sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Abu Daud berikut : "Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, atau memberi karena Allah, dan tidak mau memberi karena Allah, maka sungguh orang itu telah menyempurnakan imannya."Tarohlah mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai tali iman yang kokoh, yang nggak bakalan terjerumus (terlalu) jauh dalam mengarungi "dunia berpacaran" mereka. Tapi kita juga berhak bertanya : sejauh manakah mereka dapat mengendalikan kemudi "perahu pacaran" itu ? Dan jika kita kembalikan lagi kepada hadits yang telah mereka kemukakan itu, bahwa barang siapa yang mencintai karena Allah adalah salah satu aspek penyempurna keimanan seseorang, lalu benarkah mereka itu mencintai satu sama lainnya benar-benar karena Allah ? Dan bagaimana mereka merealisasikan "mencintai karena Allah" tersebut ? Kalau (misalnya) ada acara bonceng-boncengan, dua-duaan, atau bahkan sampai buka aurat (dalam arti semestinya selain wajah dan dua tapak tangan) bagi si cewek, atau yang lain-lainnya, apakah itu bisa dikategorikan sebagai "mencintai karena Allah ?" Jawabnya jelas tidak !

Dalam kaitan ini peran orang tua sangat penting dalam mengawasi pergaulan anak-anaknya terutama yang lebih menjurus kepada pergaulan dengan lain jenis. Adalah suatu keteledoran jika orang tua membiarkan anak-anaknya bergaul bebas dengan bukan muhrimnya. Oleh karena itu sikap yang bijak bagi orang tua kalau melihat anaknya sudah saatnya untuk menikah, adalah segera saja laksanakan.

Hukum Pacaran Dalam Islam

Related image

Di tengah masyarakat kita ini masih pada belum mengetahui makna apa hukum pacaran dalam islam. Terutama disaat remaja dan sudah dewasa ini perlu kita jelaskan dengan sebaik mungkin.
Dan di dalam pembahasan ini sangat banyak sekali mulai dari hukum pacaran menurut islam, pacaran menurut islam, hukum pacaran, pacaran menurut pandangan islam, hukum berpacaran dalam islam, pacaran menurut pandangan islam, pacaran dalam pandangan islam, hukum pacaran menurut islam, hukum berpacaran dan masih banyak lagi yang belum kita ketahui.
Agar para remaja ini yang masih statusnya agama islam wajib untuk mengetahui hukum pacaran jarak jauh dalam islam yang sebenar-benarnya.
Pacaran biasanya dilakukan untuk menjalin kasih sayang antara kedua pelaku yaitu laki dan perempuan, hanya untuk saling mencintai sesaat aja
Terkadang saya juga mengetahui saat berpacaran ada yang serius dan berniat untuk memilih pasangan hidup yang sebenarnya yaitu untuk menikah dengan wanita tersebut.
Namun yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana hukum pacaran dalam syariat islam, ini kita sebagai umat muslim wajib untuk mengetahuinya.
Karena dimasa sekarang ini pacaran merupakan hal yang sudah umum dilakukan oleh para remaja pada zaman sekarang ini, dan seluruh remaja muslim di tanah air.
Related image
Tentu kita harus mengetahui hukum dalam pacaran, sekarang saya ingin bertanya kepada Anda? Apakah pacaran itu dibolehkan atau diharamkan.
Ini hanya mengingat dalam melakukan kata kata larangan istilah pacaran dalam isalm untuk mencari kesenangan saja, untuk dilakukan berduaan, bersentuhan, berpelukan dan lain sebagainya.
Hukum larangan pacaran menurut islam adalah mutlak Haram dan tidak ada perdebatan sama sekali. Dengan ini kita sesama muslim wajib saling mengingatkan masyarakat muslim sendiri.
Orang tua juga harus mengetahui situasi anak-anaknya yang belajar di sekolah umum, terkadang orang tua hanya membiarkan anaknya untuk pacaran, seharusnya lebih baik orang tua harus menasihati anaknya, agar anaknya tidak pacaran.
Tahukah Anda sebagai orang tua punya berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik sesuai ajaran agama islam.
Kita sudah tau pacaran itu hukumnya haram, kalau kita lakukan dengan sengaja maka dosa kita akan dicatat oleh Allah.

Hukum Pacaran Dalam Islam



Saudara-sadaraku kaum muslimin, bahwasanya firman Allah dalam kitabnya dan sabda Rasulullah SAW. Dalam sunnah nya serta ijma’ para ulama dan firman Allah tentang pacaran haramnya zina dan sesungguhnya dia termasuk kekejian dan dosa besar.

Related image

Tuesday, October 17, 2017

SEBERAPA GALAK ISTRIMU ?

Foto Erika Halim.


“Istriku galak, Ustadz!” Tutur seorang bapak dengan kesal, raut mukanya tak menyenangkan sama sekali.

“Seberapa galak istrimu, Pak?” Tanya Sang Ustadz santai berbalut senyum.

Sebetulnya tak ada istri yang galak, yang ada hanyalah istri yang stress dan berwatak keras. Tapi sekeras-kerasnya watak seorang istri, ia tetaplah wanita (feminim). Jiwanya tetap berhias kelembutan, dan penuh perasaan kasih sayang.

Tak sedikit saya menyaksikan wanita berwatak keras, tapi anaknya tetap banyak. (Waduh, keceplosan. Hehehe!). Pasangannya setia, dan rumah tangganya awet hingga diakhiri oleh kematian.

Watak keras itu produk ayah ibunya, dan lingkungan dimana ia bertumbuh. Ibarat gabah yang tumbuh di sawah yang kering. Berasnya tetap enak dimakan, asal dimasak dengan cara yang benar. Hasilnya tetap memuaskan. Begitupula dengan seorang istri. Baik dan buruknya seorang istri sangat ditentukan oleh suaminya. Tangan yang cemerlang, menghasilkan karya gemilang. Bermodal kesabaran dan kasih sayang, sekeras apapun watak istri, seorang suami tetap bisa membentuknya menjadi wanita shalihah.

Memang tak mudah, butuh keringat berkuah-kuah, lelah, asal lillah insyaAllah bernilai ibadah. Sabar dan bersungguh-sungguh, itu kata kuncinya. Tapi, kalau saya pribadi lebih cenderung mencari yang siap pakai, nggak mau repot, banyak yang perlu diurus. Sekiranya urusan keluarga saja belum beres, terus kapan bisa berkontribusi untuk umat?

Bila watak yang keras adalah produk orangtua dan lingkungan, maka istri yang stress adalah produk suaminya. Kebagusan agama, jiwa kepemimpinan, dan tanggungjawab seorang suami dipertaruhkan di sini.

Kenapa istri bisa stress?

Si istri menjawab, “Kerjaan rumah menumpuk, anak rewel, suami jutek, capek, sumpek, kasur bau ketek, pengen pempek, dan bla bla...”

Istri stress, bisa jadi ia kurang piknik, maka ajaklah ia jalan-jalan. Cari tempat yang bisa terjangkau dengan ketebalan dompet. Lakukanlah minimal sekali dalam seminggu. Semisal ke pantai, sawah, gunung, naik sampan menyusuri sungai, kebun kopi, dan lainnya. Anak titipkan ke mertua, bawa camilan yang banyak, dan pacaranlah berdua saja.

Istri stress, bisa jadi kebutuhan dapur menipis, maka ajaklah ia shoping. InsyaAllah stressnya akan hilang seketika. Atur budgetnya biar nggak kolaps. Catat apa-apa yang hendak dibeli. Setelah itu makanlah berdua di rumah makan yang disukai. Bagaimana dengan anak-anak? Bawa. Atau titipkan lagi saja ke mertua, agar privasi kalian tidak terganggu.

Istri stress, bisa jadi karena kurang dipuji, jarang digombal, maka mulai saat ini rajin-rajinlah memuji dan menggombal. Pujilah masakannya walau terasa keasinan, hambar nggak karuan, atau rasa permen nano-nano. Pujilah kecantikannya walau onderdilnya sudah goyang sana-sini. Panggillah ia dengan sebutan sayang, cinta, bidadariku, atau apa saja yang terdengar indah dan disukainya.

Istri stress, bisa jadi karena kurang ngaji. Ruhiyahnya kosong melompong, sekarat berkarat, dan kerempeng melempeng. Ajak ia mengukiti kajian, perbaiki bacaan Qur’annya, simak hafalannya, kawal shalat fardhunya, dan sesekali bangunlah kalian disepertiga malam. Tahajjudlah berdua, semoga cinta kalian dalam mahabbahNya.

Jikalau semua itu sudah dilakukan, tapi tetap saja sering marah-marah, lalu bagaimana? Mari kita simak kisah Khalifah Umar Ibnu Khattab ra berikut ini.

Suatu waktu, seorang lelaki tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar Ibnu Khattab dengan maksud hendak mengadukan perilaku istrinya yang suka marah-marah. Begitu tiba di kediaman Khalifah Umar, lelaki itu tanpa sengaja mendengar suara istri Umar bin Khaththab sedang meleja khalifah kedua itu. Lelaki itu semakin bingung, karena Khalifah Umar sama sekali tidak membela diri.Menyaksikan hal tersebut, lelaki itu pun balik kanan dan melangkahkan kaki untuk pulang sembari bergumam, “Kalau Khalifah saja dimarahi oleh istrinya dan tidak bereaksi apa-apa, untuk apa saya mengadu kepada beliau?” Sembari terus melangkahkan kakinya.Tak disangka, ternyata Khalifah Umar menyadari kehadiran sang tamu. Beliau pun segera membuka pintu dan tatkala melihat sang tamu telah beranjak, buru-buru beliau memanggil, ”Apa keperluanmu?”Lelaki itu pun berbalik dan segera menghadap Khalifah Umar. ”Wahai Amirul Mu’minin, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri tuan.”

”Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya, karena itu memang kewajibanku. Istrikulah yang memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, ” jawab Umar.

”Di samping itu,” sambung Umar, ”Hatiku merasa tenang (untuk tidak melakukan perbuatan haram—sebab jasa istriku). Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatan istriku.”

”Wahai Amirul Mu’minin, istriku juga demikian,” ujar orang laki-laki itu.
”Oleh karena itu, sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar!”

Kisah di atas mengajarkan kepada suami, lagi-lagi bagaimana sikap terbaik seorang suami dalam menghadapi ketidaksempurnaan istrinya. Suami perlu menyadari bahwa istrinya bukan bidadari yang hanya mengenal kelembutan dan kepatuhan total. Istrinya hanyalah manusia biasa. Sebab ia manusia biasa, masih bernaung padanya banyak kelemahan. Di antara kelemahannya itu adalah emosi yang tak terkendali. Alias galak. Maka sikap terbaik seorang suami adalah sabar. Bersabarlah, sebagaimana halnya Khalifah Umar yang bersabar atas istrinya. Beralasanlah yang baik, sebagaimana baiknya Khalifah Umar menarasikan kelemahan istrinya.

Namun kisah ini banyak disalah tafsirkan oleh kebanyakan wanita. Tak sedikit para istri menjadikan kisah ini sebagai hujjah (pembelaan) atas dibolehkannya marah-marah kepada suami. Bersuara keras kepada suami. Membentak suami. Berlaku kasar kepada suami. Menumpahkan emosi kepada suami, atau apalah namanya. Ini kesalahan fatal. Sekali lagi saya ingatkan kepada kalian wahai para istri, bahwa ini adalah kekeliruan besar yang amat bahaya bagi kalian. Haram hukumnya. Ketidakrelaan suamimu atas hal ini menjadi asbab ketidakrelaan Allah SWT kepada kalian.

Dalam hal ini Rasulullah telah mengingatkan, “Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum sempurna menunaikan hak suaminya.” (HR. Ahmad 3/159 dari Anas bin Malik, dishahihkan Al-Haitsami 4/9, Al-Mundziri 3/55, dan Abu Nu’aim dalam Ad-Dala’il, 137. Lihat catatan kaki Musnad Al-Imam Ahmad 10/513, Darul Hadits, Al-Qahirah).

Parahnya lagi. Istri yang galak, alias nusyuz (durhaka kepada suami) tidak diterima shalatnya, sampai suaminya meridhainya.

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Ada dua golongan yang shalat mereka tidak melewati kepala-kepala mereka (tidak diterima), yaitu budak yang melarikan diri dari tuannya sampai ia kembali kepada tuannya dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali taat.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4/191, Ath-Thabarani dalam Al-Ausath no. 3628 dan Ash-Shaghir no. 478, dishahihkan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 136 dan Ash-Shahihah no. 288 )

Dan di akhir hayatnya, ia belum juga mendapatkan keridhaan sang suami, maka surga diharamkan baginya.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau “Mengapa demikian, ya Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab, “Dikarenakan wanita banyak yang durhaka kepada suaminya.” (HR Bukhari Muslim)

Lalu, bagaimana semestinya seorang istri dalam perspektif islam?

Rasulullah Saw bersabda, “Dan sebaik-baik istri yaitu yang taat pada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tidak suka membicarakan suatu hal yg tidak berguna, tidak cerewet serta tidak suka bersuara keras, dan setia pada suaminya.” (HR. An Nasa’i)

Sementara itu, selain sabar dan kasih sayang, Al Qur’an menuntun para suami dalam menghadapi istri yang nusyuz sebagai berikut, “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (QS. An Nisa’: 34).



Wallahu alam bisshowab!
(Ditulis oleh Ust Baba Ali, Pengasuh SAMARA CENTER)

KETIKA HARTA BUKANLAH SEGALANYA

Foto Dian Irawati.

Foto ini diambil dirumah sakit Harbin (Tiongkok), seorang pasien kanker membawa tas penuh uang meminta dokter menyelamatkan hidupnya, tak peduli seberapa mahal uang yang perlu dibayarkan, karena dia punya banyak uang untuk membayarnya ...

Tapi dokter bilang dia tak bisa melakukan apapun karena kankernya sudah masuk stadium akhir.

Dia (pasien) begitu marah dan frustasi sehingga ia berteriak dan melemparkan uang yang ia bawa ke seluruh koridor rumah sakit : " Apa gunanya memiliki uang ....!!! " apa gunanya memiliki uang !!!!.

Uang tidak dapat memiliki kesehatan , uang tidak dapat membeli waktu , uang tidak dapat membeli kehidupan..

Sungguh pelajaran bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan, beramal kebaikan demi bekal menuju akhirat dan berdoa, supaya umur kita bermanfaat meskipun pendek ataupun panjang.




Saturday, October 7, 2017

Karena Agama Bukan Warisan Orang Tua

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
                            “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Foto Hanny Kristianto.

Karena Agama bukan Warisan


Kisah Nyata dari Ketapang, Kalimantan Barat

Kemarin siang telah bersyahadat seorang Anak bernama Yogi Setiady, usianya baru 8 tahun, duduk di kelas 2 SDN 18 Sukabangun, Ketapang.

Yogi diantar sendiri oleh Eriyanti (44) ibu kandungnya yang masih beragama kristen ke KUA Delta Pawan dengan maksud mengantar anaknya bersyahadat, syahadat dibimbing ketua KUA Kecamatan Delta Pawan, M Syafi’ie dan disaksikan Eka Candra Sari guru sekolahnya.

Ayah dan Ibunya telah mengikhlaskan anak tsb utk memeluk Islam, karena setiap saat terus-menerus "memaksa" Ayah dan Ibunya agar dia diijinkan masuk Islam.

Yogi rajin ke surau setiap Shalat lima waktu, belajar mengaji dan Sholat.

Ketika di tes soal ngajinya, Yogi sudah hafal surah Al Fatihah, Al Ikhlas, An Nas, Al Falaq, Ayat Kursi, do'a untuk orang tua, do'a makan, dan lain sebagainya.

Ditanya cita-citanya, dengan tegas Yogi menjawab ingin menjadi Ustadz.

Pembacaan dua kalimat syahadat yg disaksikan oleh guru sekolahnya berlangsung sempurna karena Yogi memang sudah hafal syahadat bahkan tahu dengan artinya.

Ibu Yogi menceritakan kisah Yogi:

Sejak kecil ketika baru pandai berbicara Yogi memang suka pada hal-hal terkait Islam. Misalnya ketika melihat Masjid menurutnya Yogi pasti senang dan selalu menyebut ada alaaba. “Maksudnya itu Allahu Akbar,” tuturnya.

Sedangkan ketika diajak ke gereja Yogi selalu menolak, menangis dan ngajak keluar mau pulang.

Kemudian ketika dibawanya pulang ke kampung halamannya di hulu yang banyak anjing dan babi Yogi juga tidak suka dan takut tersentuh anjing atau babi.

Bahkan ketika mereka makan daging babi tapi Yogi sejak kecil pun tidak pernah mau makan babi. Namun ketika ada tetangganya di Ketapang ada acara seperti selamatan. Maka Yogi selalu mengajaknya untuk pergi ke acara tersebut.

“Katanya ayo ma kita pergi ke tempat orang amin-amin. Saya tanya di mana, katanya itu menunjukkan tempatnya, ternyata tempat orang Muslim selamatan gitu,” kenangnya.

Kemudian ketika awal Yogi masuk sekolah menurutnya Yogi beberapa kali diberi tahu gurunya agar ke luar kelas. Lantaran Yogi ketika itu bukan beragama Islam. “Tapi Yogi itu tak mau keluar malah mau belajar Agama Islam,”

Yogi juga sering meminta izin kepadanya untuk ikut teman-temannya mengaji dan solat.

Lantaran merasa berbeda keyakinan ia awalnya melarang Yogi.

“Saya bilang tak boleh, kita kan beda, tak sama, saya bilang gitu,” ungkapnya.“

Tapi Yogi bilang mau ikut Islam saja. Di rumah ini kan ada handuk sering dibuatnya alas untuk sajadah, dia belajar sembahyang sendiri. Bahkan dia selalu mengajak teman-temannya seperti solat di rumah ini dan dia imamnya,” tuturnya, kejadian itu pernah juga direkam abang Yogi.

Kemudian ketika masih kelas satu SD Yogi juga selalu menghilang dari rumahnya, sore menjelang Magrib dan siang Jumat.

“Pas Jumat tak sengaja melihat seperti Yogi pakai kopiah dan baju koko,” jelasnya.

“Ternyata benar dan ketika pulang saya tanya dari mana, katanya dari masjid. Rupanya dia minjam baju kawannya untuk Solat Jumat. Saya bilang benar-benar Yogi, nanti kamu masuk Islam, dijawabnya dia memang mau masuk Islam,” lanjutnya.

Di sekolah pun tak mau belajar agama kami, dia hanya mau belajar pas pelajaran agama Islam,” tambahnya.

Kemudian pernah juga tetangganya mengatakan kalau Yogi menghilang sore maka degar saja di Surau. Jika ada suara orang ngaji dan salawat itu adalah Yogi.

Ia menambahkan hingga belum lama ini Yogi memaksa minta disunat dan disahkan untuk memeluk agama Islam.

“Jadi kita orangtua mengikhlaskannya. Hanya saya berharap setelah anak saya masuk Islam begini,” tegasnya.

“Maka ia harus dibimbing dengan sebenar-benarnya untuk memperlajari agama Islam. Jangan nanti malam dilepas dan dibiarkan begitu saja,” harapnya mendampingi Yogi.

Yogi menegaskan masuk Islam karena memang keinginan sendiri.

Bahkan sebelumnya ia sering belajar tentang Islam secara sendiri. Ia menegaskan masuk Islam karena ingin masuk surga nantinya.

Di hadapan awak media ketika ia diminta melantunkan ayat Alquran dan doa dalam Islam.

Ia pun langsung melakukannya tanpa teks.

Ternyata ia sudah cukup banyak hafal ayat Alquran dan doa dalam Islam.

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur’ân) dari Rabbmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa sesat maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (QS. Yunus 108)



لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukan kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetepi Allah-lah yang mrmberi petunjuk(memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-nya. (QS. Al Baqarah 272)

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki. (QS. Al Qashash 56)


وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, “Apakah kamu mau masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allâh maha melihat akan hamba-hambanya.” (QS. Ali Imran 20)


فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ
Barangsiapa Allâh kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki kesesatannya, niscaya Allâh menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. (QS. Al An’aam 125)

Semoga Allah merahmati dan terus memberikan hidayah kepada anak ini..

Kembali Allah buktikan kejayaan dan kemenangan Islam adalah hal yang pasti karena janji Allah Azza wa Jalla:


ليبلغن هذا الأمر ما بلغ اليل و النهار ولا يترك الله بيت مدر ولا وبر إلا أدخله الله هذا الدين بعز عزيز أو بذل ذليل عز يعز الله به الإسلام وذل يذل الله به الكفر

Islam pasti akan mencapai wilayah yang diliputi siang dan malam. Allah tidak akan membiarkan rumah yang megah maupun yang sederhana, melainkan akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan memuliakan orang-orang yang mulia dan menginakan orang-orang yang hina. Mulia karena Allah memuliakannya dengan Islam. Hina karena Allah menghinakannya akibat kekafirannya. (HR. Ahmad)

Mari kita memohon kepada Allah adalah agar kita semua tidak mati kecuali dalam keadaan muslim.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS.Ali Imran 83)


تَوَفَّنِي مُسْلِماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh. (QS.Yusuf 101)


إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah Yang telah menurunkan Al Quran. (QS. Al. A'raf 196)

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
الله أكبر‎ الله أكبر‎ الله أكبر

Saturday, May 13, 2017

What is Love ?









Apa sebenarnya arti cinta ?
Apakah ia merupakan suatu hal yang bisa dilihat, dirasakan dan disentuh ?


Menurut Wikipedia Cinta adalah sebuah perasaan emosi dari kasih sayang yang sangat kuat dan ketertarikan pribadi. Sedangkan dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Sedangkan menurut pendapat lainnya, cinta ialah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

Bila diibaratkan sesuatu Cinta itu bagaikan secangkir kopi tanpa gula. Apabila ia tidak diberi sentuhan gula maka pahitlah rasanya. Namun sebaliknya apabila ia diberikan sentuhan gula maka manislah rasanya.
Allah subhanahu wata’ala telah menerangkan kepada kita tentang apa-apa yang di inginkan manusia dalam hal cinta. Dan ini sudah Allah tuangkan dalam kitab-Nya pada surah Ali Imran ayat ke-14 yang berbunyi:




Cinta terdiri atas lima huruf yakni C I N T A. Dan saya yakin semua orang tentu pernah merasakan cinta. Namun juga banyak dari kita yang sulit untuk mendefinisikan makna cinta.
Bahkan sebagian dari kita pun juga memiliki pengertian tersendiri tentang definisi cinta. Apabila panah cinta sudah ditembakkan dan kemudian tertancap di tempat yang salah maka bisa jadi jeratan hukum syariat akan membelenggu kehidupannya.
Seperti halnya apa yang diungkapkan oleh para pezina, “Kami melakukan ini atas dasar cinta dan suka sama suka”.
Begitu juga halnya dengan kecintaan yang berlebih seorang bapak/ibu terhadap anaknya. Sehingga menjadikan anaknya terus dalam bergelimang dosa. Dengan alasan cinta tidak sedikit pula dari pasangan suami istri yang mana seorang suami rela melepas istrinya hidup dalam kemaksiatan tanpa rasa cemburu sedikitpun dalam hatinya.
Kondisi seperti inilah yang nantinya akan digunakan setan untuk terus berupaya menyesatkan manusia dengan landasan atas nama cinta. Setan akan terus menabuh genderang dan mengibarkan benderanya untuk menyesatkan manusia. Sehingga manusia akan hanyut dalam kesesatan tersebut dan menjadikan hal tersebut sebagai hal yang lumrah atau biasa saja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewanti-wanti kita agar tidak semata-mata cinta terhadap hak duaniwi saja sehingga kita takut akan datangnya kematian.
Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala












Pengertian cinta sangatlah sulit untuk dijelaskan terlebih lagi untuk diungkapkan. Sebab cinta sulit dijangkau dengan kalimat dan terlihat kabur saat diraba dengan kata-kata.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata dalam kitabnya Madarijus Salikin, pengertian cinta tidak bisa didefiniskan dengan jelas dan juga tidak bisa menghasilkan sesuatu.
Semakin diperjelas maka akan semakin kabur dan tidak jelas. Jadi makna cinta adalah cinta itu sendiri.
Apabila cinta yang telah kita tuliskan dalam hati dan pikiran dan itu sesuai dengan apa yang diridhai oleh Allah subhanahu wata’ala , maka ketahuilah bahwa hal tersebut juga termasuk dalam ibadah.
Tapi sebaliknya, apabila tidak sesuai dengan ridha-Nya, cinta itu akan menjerumuskan kita dalam lembah kemaksiatan.
Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala
Inilah arti cinta sesungguhnya. Cinta adalah suatu ibadah. Yakni ibadah hati yang apabila kita melakukannya akan menambahkan ketentraman dan kenyaman serta kemesraan kita kepada Rabbul ‘alamin.
Namun apabila cinta salah dalam penempatannya maka ia akan menjerumuskan kita dalam hal yang dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala yaitu kesyirikan.
Sebab kita jadikan cinta itu sebagai suatu yang diagungkan secara berlebih. Sehingga lupa ada Allah subhanahu wata’alaTuhan Yang Maha Esa.





Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita mendahulukan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala dalam segala hal.
Cinta kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu ditunjukkan dengan perbuatan dan amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surah Ali Imran ayat 31 yang berbunyi:




Tentu dalam mencintai Allah subhanahu wata’ala maka kita ikuti dan laksanakan syari’at yang dibawakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Inilah bukti konsekuensi cinta kita kepada Allah subhanahu wata’ala.

Sebagaimana yang telah kami jelaskan diatas bahwasanya cinta yang dibangun karena Allah subhanahu wata’ala maka akan menghasilkan suatu kebaikan yang sangat berharga.

Apabila kita mendasarkan cinta kepada Allah subhanahu wata’ala,niscaya hati akan menjadi tentram. Inilah yang dinamakan manisnya iman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat nabi yaitu Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu yang berbunyi: 
"Tiga hal yang apabila terdapat pada diri seorang muslim, maka ia sesugguhnya merasakan dan mendapatkan manisnya iman yakni:  Hendaklah dia dahulukan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya daripada yang lain. Hendaklah dia mencintai seseorang itu karena Allah dan hendaklah dia benci kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekukufuran dan sebagaimana ia juga benci jika dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)."

Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala
Kedahsyatan cinta kepada Allah akan berdampak pada ketengan jiwa dan hati. Sebab tiada sesuatu hal yang perlu dikhawatirkan oleh-Nya, karena Allah mengawasi-Nya.
Dahsyatnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya akan berdampak pada dirinya kelak di hari kiamat. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya:
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan “Saat saya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari suatu masjid, kemudian kami berdua bertemu dengan seorang lelaki di depan pintu masjid.
Lantas lelaki tersebut bertanya, “Ya Rasulullah, kapan hari berbangki tiba?”, Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam balik bertanya, “Apa persiapanmu menghadapi hari berbangkit?”,
Sontak lelaki tadi pun bersedih dan berkata, “Wahai, Utusan Allah, saya tidak punya persiapan yang baik berupa shalat, puasa dan sedekah melainkan saya mencintai Allah dan Rasul-Nya”.
Mendengar hal ini Rasul pun menjawab, “Engkau akan dikumpulkan bersama dengan orang yang engkau cintai,” (HR. Bukhari dan Muslim, Shahih).

Sahabatku yang dicintai Allah subhanahu wata’ala

Bergembiralah bahwa Allah telah mengabarkan kepada kita apabila kita mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan tulus, maka kita akan ditempatkan pada derajat yang tinggi disisi Allah subhanahu wata’ala.

Cinta sejati nan abadi adalah cinta yang dibangun atas dasar taqwa kepada Allah subhanahu wata’ala.


Apakah cinta itu berkaitan dengan ibadah atau cinta atas dasar tabiat. Sebagaimana cinta kepada lawan jenis, anak dengan orangtua atau sebaliknya.

Apabila cinta tidak dilandasi ketaqwaan maka berujung kepada penyesalan dan kepiluan. Maka sudah sepantasnya lah kita sebagai hamba untuk menjaga dan memperhatikan apa yang hendak dia cintai.